Skip to main content
Artikel

Perempuan, Adiksi, dan Rehabilitasi

Dibaca: 371 Oleh 29 Nov 2021Tidak ada komentar
Perempuan, Adiksi, dan Rehabilitasi
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu. (RA Kartini)

Perempuan memiliki peran penting dalam keluarga, karena perempuan sebagai tiang dari rumah tangga. Persepsi bahwa perempuan bertanggungjawab untuk mendidik anak-anaknya, mengurus rumah tangga, dan menjadi istri yang baik bagi suami. Dapur, sumur, maupun kasur bukan lagi istilah yang diberikan untuk perempuan saat ini karena itulah muncul isu kesetaraan gender. Perempuan berhak menempuh pendidikan tinggi, memiliki amanah dalam struktur jajaran pimpinan, dan menjadi sosok yang berpengaruh bagi bangsanya. Namun, berbagai kasus perempuan yang masih belum mendapat hak dan bahkan menjadi korban dalam kekerasan dan penyalahgunaan zat.

Lalu bagaimana perempuan dengan gangguan penggunaan zat (GPZ)?

Perempuan dengan GPZ cenderung memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual. Kekerasan ini dialami sebagai keterkaitan dengan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketakutan, dan ketergantungan secara ekonomi.

Perempuan menjadi cepat kecanduan dan rentan kekambuhan atau relapse dibandingkan laki-laki.  Kondisi ini disebabkan secara biologis, proses metabolisme alkohol dan zat lebih cepat terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Selain itu perempuan cenderung lebih merasakan depresi akibat riwayat trauma dan kekerasan, sehingga kesulitan menahan rasa sakit dari permasalahan dengan cara mengkonsumsi zat.

Stigma sosial pada perempuan dengan GPZ karena presepsi masyarakat tentang perempuan dengan istilah dapur, sumur, dan kasur membuat perempuan harus beretika, berperan sebagai ibu, dan istri,  serta  melakukan pekerjaan rumah. Berbeda jika perempuan yang menyalahgunakan zat bisa menjadi kurir bahkan penjual atau melakukan apapun demi mendapatkan zat tersebut. Stigma sosial perempuan dengan GPZ mempengaruhi akses rehabilitasi. Mereka mengalami kesulitan untuk mengakses layanan tersebut. Minimnya dukungan keluarga dan orang terdekat untuk mendapatkan perawatan rehabilitasi karena tanggungjawab pengasuhan anak bahkan menjadi beberapa menjadi tulang punggung keluarga.

Dunia adiksi merupakan lingkaran setan yang tidak akan pernah terputus. Satu-satunya jalan adalah berhenti dan mencari kehidupan yang layak seperti orang yang tidak mengenal narkoba. Kita harus berperan sebagai perempuan, menjadi istri, ibu , wanita karier, pengusaha, atau apapun peran yang berguna bagi banyak orang. Urgensinya adalah menjaga kesehatan mental dengan me-refresh, meng-upgrade, dan relaksasi jiwa dan pikiran.

Penulis:

Nurlita Hendiani, S.Psi

BNNP DIY

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel